BUDAYA ORGANISASI
MADRASAH
MAKALAH
(Untuk memenuhi salah satu tugas mandiri mata
kuliah MANAJEMEN MADRASAH)
Dosen Pengampu :
Dr. Jaja Jahari, M. Pd.
Dr. Wahyu Hidayat, M. A.
Disusun oleh: Kelompok
2
v Ade Irma Widia 1142010006
v Alfian Paramudita 1142010010
v Burhanudin 1142010018
v Ike Ikhlashi
Amelia 1142010036
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
Kata Pengantar
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahnya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan sebagaimana
mestinya. Shalawat serta salam selalu tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta sahabat-sahabatnya dan
kepada umatnya hingga akhir zaman.
Pertama-tama
kami mengucapkan terimakasih kepada dosen yang dengan keikhlasannya membimbing kami
sehingga kami bisa mengetahui sedikit demi sedikit apa yang sebelumnya belum kami
ketahui terutama dalam mata kuliah “Manajemen
Madrasah”.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Madrasah disusun
dengan mempelajari materi Manajemen
Madrasah tentang
“Budaya Organisasi Madrasah/Sekolah”.
Makalah
ini kami buat dengan sesederhana mungkin dan jika ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini, kami berharap dan memohon saran serta kritikan dari pembaca demi
kesempurnaan makalah kami kedepannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Bandung , 27 Februari 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I
: PENDAHULUAN
1.
1. Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.
2. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
1.
3. Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI MADRASAH................................................
·
Pengertian Budaya...........................................................................................................
·
Pengertian Organisasi......................................................................................................
·
Pengertian Budaya Organisasi.........................................................................................
KONSEP BUDAYA ORGANISASI..................................................................................
FUNGSI BUDAYA ORGANISASI...................................................................................
KARAKTERISTIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH TERHADAP BUDAYA ORGANISASI......................................................................................................................
PROSES PEMBENTUKAN BUDAYA ORGANISASI...................................................
PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASI DI SEKOLAH......................................
AKTUALISASI NILAI BUDAYA ORGANISASI..........................................................
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................................
B.
Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan.
Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga,
organisasi, sekolah, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu
dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu
pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan
bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula
dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi
secara keseluruhan.
Dalam dunia pendidikan, mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur
akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami
bagaimana seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan
kerja dan lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan
pimpinannya, sehingga terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits),
citra akademis, ethos kerja yang terinternalisasikan dalam kehidupannya
sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya terhadap peningkatan prestasi kerja
baik terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri maupun dikuatkan secara
organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan sebuah kebijakan yang
diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut.
Terbentuknya suatu Kultur akademis bisa dicapai melalui proses
tranformasi dan sebuah perubahan sebagai
metamorfosis institusi akademis menuju kultur akademis yang ideal. Budaya itu
sendiri masuk dan terbentuk dalam pribadi seorang guru/dosen melalui adanya
adaptasi dengan lingkungan, pembiasaan tatanan yang sudah ada dalam etika
pendidikan ataupun dengan membawa sistem nilai sebelumnya yang kemudian masuk
dan diterima oleh lembaga/institusiyang pada akhirnya terbentuklah
sebuah budayaakademis dalam sebuah organisasi.
Dengan demikian, berdasarkan masalah yang tersebut diatas maka kami
akan membahasnya dalam makalah yang bejudul: Budaya Organisasi Madrasah.
B. RumusanMasalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Budaya, Organisasi dan Budaya
Organisasi?
2.
Bagaimana konsep budaya organisasi?
3.
Apa fungsi dari budaya organisasi?
4.
Apa sajakah karakteristik dan faktor-faktor yang
mempengaruhi budaya organisasi?
5.
Bagaimana proses pembentukan budaya organisasi?
6.
Bagaimana pengembangan budaya organisasi?
7.
Apa aktualisasi nilai dari budaya organisasi?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan budaya, organisasi, dan budaya organisasi
madrasah/sekolah.
2.
Untuk mengetahui
konsep budaya organisasi.
3.
Untuk mengetahui
fungsi dari budaya organisasi.
4.
Untuk mengetahui
karakteristik dan faktor-faktor
yang mempengaruhi budaya organisasi.
5.
Untuk mengetahui
proses pembentukan budaya organisasi.
6.
Untuk mengetahui
pengembangan budaya organisasi.
7.
Untuk mengetahui aktualisasi nilai dari
budaya organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Budaya Organisasi Madrasah
Ø
Pengertian Budaya
Menurut Schwartz (1980:111) budaya merupakan pola teladan
kepercayaan dan harapan bersama oleh anggota organisasi. Kepercayaan dan
harapan menghasilkan norma-norma, hal ini yang dengan kuat membentuk perilaku
individu dan kelompok atau organisasi.
Para ahli teori psikoanalis seperti
Benedict, Kardiner dan Erikso dalam
Beals (19990:111) menerangkan bahwa budaya adalah sebagai
pernyataan kedua dari kepribadian seseorang. Budaya adalah istilah sebagai
suatu sistem klasifikasi yang terlihat seperti mendapatkan atau menemukan
pernyataan dasar dalam sebuah kelompok persaudaraan. Edgar
Schein menguraikan budaya sebagai satuan
asumsi bersama tentang dunia dan bagaimana dia bekerja, nilai-nilai tentang apa
yang benar dan salah, kepercayaan tentang apa dan yang harus merupakan
konsekuensi dari nilai-nilai ini, dan norma-norma tentang prilaku yang
diharapkan.
Perucci dan Hamby (1992:112) juga mendefinisikan
budaya sebagai sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia
di dalam masyarakat serta termasuk juga akumulasi sejarah dari obyek-obyek atau
perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu. Budaya diambil dari nilai etnografik
yang merupakan suatu kesatuan yang kompleks yang termasuk didalamnya
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan kemampuan-kemampuan yang
dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Organisasi dapat
mempunyai budaya yang dominan dan banyak cabang. Budaya yang dominan menyatakan
nilai-nilai bersama yang dianut oleh mayoritas anggota organisasi. Budaya
dipindahkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya dalam bentuk tulisan dan
lisan. Budaya juga menggambarkan karya manusia seperti seni musik, literatur,
dan arsitektur.
Melalui
proses belajar dalam arti belajar, budaya diproses secara sadar menurut proses
belajar. Belajar dari pengalaman, belajar dari keberhasilan dan kegagalan
organisasi lain. Proses belajar menuntut keterbukaan dan kebersamaan.
Selanjutnya, melalui proses belajar dalam arti mengajar, berarti komunikasi
budaya, sosialisasi budaya, dan pewarisan budaya. Di dalam hubungan itu
kepemimpinan memegang peranan penting. Kepemimpin dalam hubungan itu adalah “teaching
by example”, demikian Sithi-Amnuai, yaitu “through the leader him or
herself”. Yang dimaksud dengan self disini adalah pendirian, sikap, dan prilaku
nyata, bukan sekedar ucapan, pesona, kharisma, ataupun lambang.(Sobri dan Afifuddin, 2007:111-112)
Ø
Pengertian Organisasi
Istilah organisasi
mempunyai dua pengertian umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu
lembaga kelompok atau fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah,
sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pengerjaan diatur dan dialokasikan di antara
para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif.
Sedangkan organisasi
itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerja sama secara jelas diatur siapa
menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi, dan
memfokuskan sumber daya pada tujuan.
Pengorganisasian
sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan
tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikan dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi. .(Sobri dan Afifuddin, 2007:113)
v
Tipe-tipe atau
bentuk-bentuk organisasi
:
Berdasarkan hubungan pribadi
orang-orang dalam organisasi dibedakan menjadi dua, yaitu organisasi formal dan
informal.
Organisasi formal adalah setiap bentuk kerja sama
antara dua orang atau lebih yang diatur dan dilaporkan secara resmi dalam
rangka mencapai suatu tujuan bersama.
Sedangkan organisasi infomal
merupakan sisi lain yang berada dalam organisasi formal, aktivitas didalamnya
yang tidak diatur didalam struktur
organisasi, organisasi ini bersifat atau terbentuk dari tingkah laku hubungan
yang bersifat pribadi. .(Sobri ,2007:25)
v Proses
Pengorganisasian
Emest
Dale (1986:70)
berpendapat bahwa memberikan pengorganisasian merupakan sebuah proses yang
berlangkah jamak.
Proses
pengorganisasian itu digambarkan sebagai berikut:
Bagan proses
pengorganisasian
![]() |
|||
(Sumber
: Nanang Fattah,2007:71)
Tahap pertama, yang harus dilakukan
dalam merinci pekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi.
Tahap kedua, membagi seluruh beban kerja
menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan atau
perkelompok.
Tahap
ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional,efisien.
Tahap keempat, menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan
dalam satu kesatuan yang harmonis.
Tahap
kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. (Nanang Fattah, 2007:70-71)
v Stuktur
Organisasi
Menurut
E. Kast dan James E. Rosenzweing
(1974:72), stuktur diartikan sebagai pola hubungan komponen
atau bagian suatu organisasi. Stuktur merupakan sistem formal hubungan kerja
yang membagi dan mengkordinasikan tugas orang dan kelompok agar tercapai
tujuan.
Pada
stuktur organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang
harus dilakukan, hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian,
tingkat manajemen dan saluran komunikasi.(Nanang,2007:72)
Pelayanan administrasi madrasah dikelola
oleh kepala madrasah, dengan bantuan wakil kepala madrasah (sekolah), guru,
pegawai administrasi, dan staf pendukung lainnya. Ketua kelompok administrasi
adalah kepala madrasah. Struktur organisasi pengelolaan madrasah seharusnya
fungsional dari pada birokrat. Seluruh guru dan siswa harus dapat berhubungan
langsung kepada kepala madrasah setiap saat memerlukan komunikasi atau mencari
bantuan bimbingan. Harus ada kesempatan yang luas bagi guru untuk saling
interaksi dan konsultasi dan dengan kepala madrasah tentang profesinya.(Syarifuddin,2005:70)
Ø Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi
menurut Robbins (1991:112) dapat didefinisikan sebagai
persepsi umum yang dibentuk oleh anggota organisasi untuk membedakan organisasi
yang lain. Secara mendasar, budaya organisasi adalah aturan main dalam
organisasi itu.
Beberapa pakar
manajemen memahami budaya organisasi dari perspektif yang berbeda-beda.Menurut
Sharplin (1995:112),
budaya organisasi merupakan suatu sistem nilai, kepercayaan, dan kebiasaan
dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk
menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
Hodge dkk., (1996:113)
mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu konstruksi dua tingkat yang
meliputi karakeristik-karakteristik organisasi yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan. Pada level yang kelihatan, budaya organisasi mencakup beberapa aspek
organisasi, seperti arsitektur, pakaian serta seragam, pola-pola perilaku,
peraturan, legenda, mitos, bahasa, dan seremoni-seremoni yang dilakukan
organisasi. Sementara pada level yang tidak kelihatan, budaya organisasi
mencakup shared value, norma-norma, kepercayaan, dan asumsi-asumsi para
anggota organisasi untuk mengelola masalah-masalah dari keadaan-keadaan
disekitarnya. Budaya organisasi juga dianggap sebagai alat untuk menentukan
arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan
bagaimana mengalokasikan sumber daya manusia (SDM), dan sebagai alat untuk
menghadapi masalah dari peluang dan lingkungan.
Dalam
budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai dan keyakinan yang
sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya berbagi nilai dan keyakinan
yang sama melalui pakaian seragam. Namun menerima dan memakai seragam saja
tidaklah cukup. Pemakaian seragam haruslah membawa rasa bangga, menjadi alat
kontrol dan membentuk citra organisasi. Dengan demikian, nilai pakaian seragam
tertanam menjadi basic.
Menurut
Sathe dalam Taliziduhu Ndraha menyatakan bahwa shared basic assumptions
meliputi : (1) shared things; (2) shared saying; (3) shared doing; dan (4) shared
feelings. (Sobri dan Afifuddin, 2007:112-113)
Pada
bagian lain, Edgar Schein menyebutkan bahwa basic assumption dihasilkan melalui
: (1) evolve as solution to problem is
repeated over and over again; (2) hypothesis
becomes reality, dan (3) to learn something new requires
resurrection, reexamination, framebreaking. (Edgar, 1992:15)
B.
Konsep Budaya Organisasi
John
P. Kotter dan James L. Heskett (1998:20) memaparkan
tentang tiga konsep budaya organisasi yaitu : (1) budaya yang kuat; (2) budaya
yang secara strategis cocok; dan (3) budaya adaptif.
Salah satu konsep tentang budaya organisasi yang menjadi rujukan dalam mempelajari
teoriorganisasi pada umumnya dan budaya organisasi pada khususnya adalah apa
yang oleh Petters dan Waterman (1982:20) sebutkan sebagai “ McKinsey 7-S
Framework”. Yang terdiri dari tujuh buah
konsep yang saling terkait laksana sebuah mutiara.
Enam buah konsep dalam bentuk lingkaran
yang dihubungkan dengan tali-temali masing-masing yaitu: Strategy (rencana), Structure (cara), System (prosedur/proses), Style (gaya), Staf (jumlah/personil),
dan Skill
(kemampuan) saling terkait dan ditengahnya adalah lingkaran Share Values yang tidak lain adalah budaya
organisasi. Kerangka dari 7-S dari McKinsey adalah model manajemen berbasis nilai
yang menjelaskan bagaimana seseorang dapat secara holistic dan efektif mengatur
perusahaan atapun lembaga sekolah/madrasah. Faktor-faktor secara bersama-sama akan menentukan
bagaimana cara agar lembaga atau perusahaan itu beroperasi.(Riani,2010:20)
C. Fungsi Budaya Organisasi
Budaya melakukan sejumlah fungsi didalam sebuah organisasi yaitu:
1)
Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas artinya
budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi
lainnya
2)
Budaya memberikan identitas bagian anggota organisasi.
3)
Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dan
pada kepentingan individu.
4)
Budaya itu meningkatkan kemantapan system sosial.
5)
Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali
yang memandu serta membentuk sikap dan prilaku anggota.(Veithzal, 2008:432)
D.
Karakteristik dan Faktor-Faktor
yang Berpengaruh terhadap Budaya Organisasi
Fred Luthan, dan Edgar Schein, di
bawah ini akan diuraikan
tentang karakteristik budaya organisasi di sekolah, yaitu tentang (1) obeserved behavioral regularities; (2) norms; (3) dominant value; (4) philosophy; (5) rules dan (6) organization climate.
1.
Obeserved
behavioral regularities; budaya organisasi di sekolah ditandai dengan adanya keberaturan cara
bertindak dari seluruh anggota sekolah yang dapat diamati. Keberaturan
berperilaku ini dapat berbentuk acara-acara ritual tertentu, bahasa umum yang
digunakan atau simbol-simbol tertentu, yang mencerminkan nilai-nilai yang
dianut oleh anggota sekolah.
2.
Norms budaya
organisasi di sekolah ditandai pula oleh adanya norma-norma yang berisi tentang
standar perilaku dari anggota sekolah, baik bagi siswa maupun guru. Standar
perilaku ini bisa berdasarkan pada kebijakan intern sekolah itu sendiri maupun
pada kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Standar perilaku siswa
terutama berhubungan dengan pencapaian hasil belajar siswa, yang akan
menentukan apakah seorang siswa dapat dinyatakan lulus/naik kelas atau tidak.
Standar perilaku siswa tidak hanya berkenaan dengan aspek kognitif atau
akademik semata namun menyangkut seluruh aspek kepribadian.
3.
Dominant
values; jika dihubungkan dengan tantangan pendidikan Indonesia dewasa ini yaitu
tentang pencapaian mutu pendidikan, maka budaya organisasi di sekolah
seyogyanya diletakkan dalam kerangka pencapaian mutu pendidikan di sekolah.
4.
Philosophy; budaya
organisasi ditandai dengan adanya keyakinan dari seluruh anggota organisasi
dalam memandang tentang sesuatu secara hakiki, misalnya tentang waktu, manusia,
dan sebagainya, yang dijadikan sebagai kebijakan organisasi.
5.
Rules; budaya
organisasi ditandai dengan adanya ketentuan dan aturan main yang mengikat
seluruh anggota organisasi. Setiap sekolah memiliki ketentuan dan aturan main
tertentu, baik yang bersumber dari kebijakan sekolah setempat, maupun dari
pemerintah, yang mengikat seluruh warga sekolah dalam berperilaku dan bertindak
dalam organisasi.
6.
Organization
climate; budaya organisasi ditandai dengan adanya iklim organisasi.(Edgar,1992:16)
Budaya organisasi
sebagai suatu “strategi” organisasi dibentuk dan dipengaruhi oleh beberapa
variabel, yaitu:
Pertama, faktor-faktor yang berasal dari variabel
internal organisasi, meliputi:
1. Visi, misi dan nilai-nilai yang ditanamkan para
pendahulunya
2. Nilai-nilai yang ditanamkan secara nyata oleh pemimpin
lembaga
3. Komitmen moral dan etika serta suasana kekerabatan
dari kelompok-kelompok pekerja
4. Gaya kepemimpinan lembaga organisasi
5. Karakteristik organisasional seperti bentuk dan
aktivitas utama, otonomi, dan kompleksitas organisasi.
Kedua,
faktor-faktor yang berasal dari lingkungan global, seperti kecenderungan
perubahan globalisasi ekonomi, tuntutan hukum dan politik, tuntutan sosial,
perkembangan teknologi manufakturing, transfortasi teknologi informasi dan
perubahan ekologi.
Karena
sangat kompleksnya variabel-variabel tersebut, maka untuk mengidentifikasi dan
mengungkapkan karakteristik budaya organisasi perlu dilakukan secara hati-hati.
Edgar Schein (1992:122) menyatakan bahwa budaya organisasi berada pada tiga
tingkat, yaitu artifect, espoused values, dan basic underlying
assumptions.(Sobri dan Afifuddin, 2007:122)
E. Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Munculnya gagasan-gagasan atau jalan
keluar yang kemudian tertanam dalam suatu budaya dalam organisasi bisa bermula
dari manapun, dari perorangan atau kelompok, dari tingkat bawah atau puncak. Taliziduhu
Ndraha (1997:30)
menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya : (1)
pendiri organisasi; (2) pemilik organisasi; (3) Sumber daya manusia asing; (4)
luar organisasi; (4) orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake holder); dan (6) masyarakat. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses
budaya dapat terjadi dengan cara: (1) kontak budaya; (2) benturan budaya; dan
(3) penggalian budaya. Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu
yang sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk
dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi.
Para manajer bisa secara eksplisit
berusaha bertindak sesuai dengan contoh budaya dan gagasan budaya tersebut.
Begitu juga, anggota senior bisa mengkomunikasikan nilai-nilai pokok mereka
secara terus menerus dalam percakapan sehari-hari atau melalui ritual dan
perayaan-perayaan khusus.
Orang-orang yang berhasil mencapai
gagasan-gagasan yang tertanam dalam budaya ini dapat terkenal dan dijadikan
pahlawan. Proses alamiah dalam identifikasi diri dapat mendorong anggota muda
untuk mengambil alih nilai dan gaya mentor mereka. Barangkali yang paling
mendasar, orang yang mengikuti norma-norma budaya akan diberi imbalan (reward)
sedangkan yang tidak, akan mendapat sanksi (punishment). Imbalan (reward) bisa
berupa materi atau pun promosi jabatan dalam organisasi tertentu sedangkan
untuk sanksi (punishment) tidak hanya diberikan berdasar pada aturan organisasi
yang ada semata, namun juga bisa berbentuk sanksi sosial. Dalam arti, anggota
tersebut menjadi isolated di lingkungan organisasinya.(Taliziduhu,1997:30-31)
F.
Pengembangan Budaya Organisasi di
Sekolah/Madrasah
Dengan memahami konsep tentang
budaya organisasi sebagaimana telah diutarakan di atas, selanjutnya di bawah ini
akan diuraikan tentang pengembangan budaya organisasi dalam konteks
persekolahan. Secara umum, penerapan konsep budaya organisasi di sekolah
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi
lainnya. Kalaupun terdapat perbedaan mungkin hanya terletak pada jenis nilai
dominan yang dikembangkannya dan karakateristik dari para pendukungnya.
Berkenaan dengan pendukung budaya organisasi di sekolah Paul E. Heckman
sebagaimana dikutip oleh Stephen Stolp (1994:57)
mengemukakan bahwa “the commonly held
beliefs of teachers, students, and principals.”
Nilai-nilai yang dikembangkan di
sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri
sebagai organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha
mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para
siswanya. Dalam hal ini, Larry Lashway (1996:57)
menyebutkan bahwa “schools are moral
institutions, designed to promote social norms,…”. (Sumadi,2000:57)
G. Aktualisasi Nilai dalam Budaya Organisasi
Budaya organisasi sekolah dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu, yang tampak dan tidak tampak. Yang tidak
tampak diantaranya nilai-nilai, keyakinan, ideologi yang bekaitan dengan
pertanyaan “apakah yang seharusnya dilakukan disekolah ini”. Jawabannya
adalah diwujudkan dalam hal-hal yang
tampak baik dalam bentuk kalimat (lisan atau tulisan), prilaku yang
ditampilkan, bangunan, fasilitas serta benda-benda yang digunakan menurut
Caldwell dan Spinks (1993:141)
Budaya organisasi terdiri dari berbagai
unsur atau elemen yang tidak semuanya bisa diamati dengan mudah. Kotter dan
Heskett (1997:141) peneliti
dari Harvard bussiness school mencoba menentukan faktor mana yang menentukan
budaya organisasi lebih sukses dari pada yang lain. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa budaya memiliki dampak yang kuat terhadap prestasi kerja.
Budaya organisasi merupakan faktor yang lebih penting dalam menentukan sukses
atau gagalnya organisasi sekolah. Karena itu, dalam studi terhadap budaya
organisasi terlebih dulu dikenali manifestasinya. (Triyo dan Marno,2008:141)
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Menurut Schwartz (1980:111) budaya merupakan pola
teladan kepercayaan dan harapan bersama oleh anggota organisasi. Kepercayaan
dan harapan menghasilkan norma-norma, hal ini yang dengan kuat membentuk
perilaku individu dan kelompok atau organisasi.
Istilah
organisasi diartikan sebagai suatu lembaga kelompok atau fungsional, misalnya,
sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan
pemerintahan.
Budaya
organisasi menurut Robbins (1991:112) dapat didefinisikan sebagai
persepsi umum yang dibentuk oleh anggota organisasi untuk membedakan organisasi
yang lain. Secara mendasar, budaya organisasi adalah aturan main dalam
organisasi itu.
2.
Enam buah konsep dalam bentuk lingkaran yang dihubungkan dengan tali-temali
masing-masing yaitu: Strategy
(rencana), Structure (cara), System
(prosedur/proses), Style (gaya),
Staf (jumlah/personil), dan Skill
(kemampuan) saling terkait dan ditengahnya adalah lingkaran Share Values yang tidak lain adalah
budaya organisasi.
3.
Budaya melakukan sejumlah fungsi didalam sebuah
organisasi yaitu: tapal batas, memberikan identitas bagian anggota organisasi, mempermudah
timbulnya komitmen , meningkatkan kemantapan system sosial, mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu
serta membentuk sikap dan prilaku anggota.(Veithzal, 2008:432)
4. Fred Luthan,
dan Edgar Schein, di bawah ini akan diuraikan
tentang karakteristik budaya organisasi di sekolah, yaitu tentang (1) obeserved behavioral regularities; (2) norms; (3) dominant value; (4) philosophy; (5) rules dan (6) organization climate.
Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya organisasi yakni; faktor internal
dan eksternal
5. Taliziduhu
Ndraha (1997:30)
menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya : (1)
pendiri organisasi; (2) pemilik organisasi; (3) Sumber daya manusia asing; (4)
luar organisasi; (4) orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake
holder); dan (6) masyarakat.
6.
Nilai-nilai yang dikembangkan di
sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri
sebagai organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha
mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para
siswanya. Dalam hal ini, Larry Lashway (1996:57)
menyebutkan bahwa “schools are moral institutions, designed to promote social
norms,…”. (Sumadi,2000:57)
7. Budaya
organisasi sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, yang tampak dan
tidak tampak. Yang tidak tampak diantaranya nilai-nilai, keyakinan, ideologi
B. Saran
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini yaitu tentang Budaya Organisasi Madrasah/Sekolah, tentunya masih
banyak kekurangan dan kesalahan, karena keterbatasan pengetahuan dan sumber
referensi yang kami dapatkan. Untuk
itu kami menerima kritik dan saran yang
positif dari para pembaca guna membangun pembuatan makalah dikemudian
hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi diri kami pribadi khususnya dan umumnya bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Laksmi, RianiAsri.
2010. Budaya
Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ndraha, Taliziduhu.
1997. Budaya Organisasi. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Schein, Edgar H. 1992. Organizational Culture and Leadership. San
Fransisco: Josseybass Publ.
Sumadi
Suryabrata. 1990. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: Rajawali.
Supriyatno,
triyo dan marno. 2008. Manajemen dan
kepemimpinan pendidikan islam. Bandung: Refika aditama.
Sutikno,
M. Sobri dan Affifuddin. 2007. Pengelolaan
pendidikan. Bandung: Prospect.
Sutikno,
M. Sobri. 2010. Pengelolaan pendidikan.
Bandung: Prospect.
syarifuddin,
M. 2005. Pengelolaan madrasah (landasan
teoritis dan praktis). Bandung: Pusat Studi Pesantren Madrasah (PSPM).
http://drsabdulharis.blogspot.com/2010/10/budaya-organisasi-di-sekolahmadrasah.html(dikutip pada tanggal 20 februari, pukul 15.57
WIB).

Tidak ada komentar:
Posting Komentar